Belakangan ini, diskusi di dunia kripto semakin hangat, dan pendapatan protokol tahunan Solana bahkan melampaui Ethereum. Berita ini langsung menjadi perbincangan di komunitas, tetapi setelah melihat data secara mendalam, ternyata logika di baliknya jauh lebih kompleks daripada sekadar sensasi di permukaan.

Tahun ini, pendapatan protokol Solana mencapai sekitar 2,5 miliar dolar AS, sementara Ethereum sekitar 1,4 miliar dolar AS, selisihnya hampir dua kali lipat. Sekilas data ini terlihat agak berlebihan, tetapi jika dilihat dalam jangka waktu yang lebih panjang, perubahan ini menjadi semakin dramatis.

Kembali ke tahun 2021, pendapatan tahunan Solana hanya sekitar 28 juta dolar AS, sama sekali tidak mencolok. Saat itu, Ethereum sudah mengantongi 5,1 miliar dolar AS, menjadi penguasa mutlak. Hanya dalam waktu empat tahun, posisi kedua blockchain ini benar-benar berbalik — pada tahun 2024, pendapatan Solana mencapai 4,8 miliar dolar AS, sementara Ethereum turun menjadi 1,42 miliar dolar AS.

Ini bukan fenomena yang terisolasi. Dari data on-chain, Solana menunjukkan daya saing yang kuat di berbagai aspek. Data 90 hari terakhir menunjukkan bahwa pendapatan biaya Solana telah mencapai 49% dari total biaya Ethereum dan semua biaya utama L2. Volume transaksi DEX bahkan lebih mencengangkan, mencapai 57%. Bahkan terkadang, volume transaksi DEX harian Solana bisa melonjak hingga 3,98 miliar dolar AS, angka ini sudah melebihi skala pengguna aktif harian dari banyak chain lainnya.

Mengapa bisa begitu? Biaya transaksi yang rendah dan konfirmasi yang cepat memang menjadi kekuatan utama Solana, tetapi yang benar-benar menarik dana adalah tingkat aktivitas ekosistem dan kebutuhan nyata pengguna. Ketika biaya transaksi turun secara signifikan, pengguna secara alami akan memberikan suara dengan kaki mereka.