Saya baru saja melihat sebuah kasus yang menarik. Perusahaan yang terdaftar di Jepang, KLab, pada 27 Desember, secara resmi meluncurkan sebuah "Rencana Alokasi Aset Ganda" — singkatnya, yaitu mengalokasikan dana secara bersamaan ke BTC dan emas, keduanya sama-sama dipertaruhkan.

Skala pendanaan sebesar 51 miliar yen Jepang, di mana 36 miliar yen (sekitar 24 juta dolar AS) digunakan untuk alokasi aset, dengan pembagian rasio 60% BTC dan 40% emas. Ini bukan sekadar teori, mereka benar-benar melakukannya.

Data hingga 25 Desember menunjukkan: pembelian tambahan 3.17 BTC, biaya rata-rata 13.83 juta yen per BTC (sekitar 90.000 dolar AS), total kepemilikan saat ini mencapai 4.37 BTC. Secara bersamaan, mereka juga mengalokasikan 1860 saham ETF emas, tanpa terkecuali.

Strategi ini terlihat sederhana dan kasar, tetapi sebenarnya ada keahlian di baliknya. BTC adalah pemain dengan elastisitas tinggi di pasar kripto, volatilitas besar dan potensi tinggi; emas adalah aset klasik untuk lindung nilai risiko tradisional, stabil dan dapat diandalkan. Satu sebagai serangan utama, satu lagi sebagai garis pertahanan, digabungkan menjadi alokasi yang bisa menyerang maupun bertahan.

Banyak orang dalam pengelolaan aset cenderung melakukan pendekatan tunggal — entah sepenuhnya fokus ke BTC, atau memegang fiat secara permanen. Tapi orang ini berbeda: saat pasar naik, BTC dapat mendorong keuntungan secara keseluruhan; saat pasar turun, emas dapat menjaga dasar. Dalam jangka panjang, tentu saja, ini memiliki kemampuan anti risiko yang lebih kuat.

Yang lebih menarik lagi, ini mencerminkan sebuah tren besar — bahkan perusahaan yang terdaftar mulai menganggap Bitcoin sebagai aset cadangan resmi dan mengatur strategi, bukan lagi sebagai eksperimen kecil di kalangan terbatas. Perubahan ini patut diperhatikan.