Dalam dunia ini, jika kamu cukup lama berada di dalamnya, pasti pernah melihat drama seperti ini di obrolan tengah malam: Ada yang dengan semangat berteriak "Tambah 500 lagi, pasti akan rebound," lalu beberapa jam kemudian diam-diam menghapus pesan tersebut.

Ini bukan cerita tentang siapa, melainkan kenyataan yang terus berulang setiap hari.

Saya mengenal seorang senior yang pernah dengan tegas menyatakan "Bull market tidak akan kembali," dan saat BTC mencapai 121.000 dolar, dia seperti bermimpi dan membuka leverage dua kali lipat. Hasilnya? Margin habis sama sekali, hanya tersisa lima kata di tanda tangan: "Pasar koin terlalu pahit, pulang jual kue."

Mengapa tragedi seperti ini terus berulang? Seringkali karena terjebak pada satu kata yang sangat diremehkan—stop loss.

Mengapa kebanyakan orang "tak mampu memotong"? Sebenarnya, kita telah memfitnah stop loss. Selalu merasa bahwa menetapkan stop loss sama dengan menyerah, dan menanggung kerugian besar dianggap sebagai "kepercayaan". Tapi pasar tidak akan memberi nilai pada kepercayaanmu, dia hanya mengikuti aturan.

Trading tanpa stop loss seperti mengemudi di jalan tol tanpa rem. Mungkin bisa sampai di sana, tapi setir akhirnya tidak lagi di tanganmu.

**Stop loss sama sekali bukan masalah teknik, ini adalah batas hidup.**

Bagi saya, stop loss tidak pernah menjadi masalah "apakah bisa" secara teknis—itu hal yang mudah. Yang benar-benar sulit adalah "apakah mau melakukannya," ini soal disiplin.

Logika yang sangat sederhana: sebelum membuka posisi, tetapkan titik stop loss (misalnya -5% atau -8%), begitu tersentuh langsung keluar, jangan sampai berkedip; atau gunakan trailing stop, ambil keuntungan 10% lalu geser stop loss ke harga biaya, memastikan bahwa paling buruk pun tidak rugi.

**Yang dibutuhkan bukanlah peluang berikutnya, melainkan diri sendiri yang masih memiliki modal.**

Setiap kali melakukan stop loss tampak seperti menyerah pada "kemungkinan balik modal," sebenarnya sedang melindungi modal untuk "besok masih bisa main lagi." Peluang di pasar melimpah, yang langka adalah uang yang selalu tetap di arena.

Jika kamu pernah menatap grafik K-line di tengah malam, merasa gelisah dan bingung harus menjual atau tidak, mungkin saatnya mengenal kembali arti "stop loss"—bukan akhir, melainkan awal yang baru.

Hidup, baru layak melihat gelombang pasar berikutnya.