Banyak orang bingung dengan satu pertanyaan: apakah harus sering melakukan trading untuk membeli di harga rendah dan menjual di puncak, atau cukup membeli dan menunggu?

Pertama, mari bahas logika trading timing. Kedengarannya sangat menggoda—masuk saat harga rendah, keluar saat harga tinggi, sangat sederhana. Tapi masalahnya, data historis akan menyakitimu: hari-hari dengan kenaikan terbesar biasanya hanya beberapa hari saja, dan jika kamu melewatkannya, pengembalian tahunan bisa hancur. "Petir sering kali jatuh setelah penurunan tajam," itulah maksudnya. Semakin kamu berusaha memegang kendali secara presisi, semakin besar kemungkinan kamu tersandung.

Memegang jangka panjang terdengar santai, tapi bukan berarti membeli dan tidak peduli sama sekali. Inti dari strategi ini adalah mengabaikan fluktuasi dan tetap hadir di pasar. Di mana masalahnya? Saat pasar sangat overvalued, uang yang kamu pegang sebenarnya sedang mengalami depresiasi—ini disebut "uang mati hasil," di mana biaya waktu menggerogoti kamu. Jadi, memegang secara buta-buta juga mungkin bukan solusi terbaik.

Singkatnya, kedua pendekatan punya risiko sendiri. Kuncinya adalah mengenali tipe investor seperti apa dirimu, lalu konsisten dengan ritme yang kamu tetapkan.