Belakangan ini, tren melemahnya yen memang membuat orang merasa sedih—tiga tahun lalu 1 juta yen masih bisa ditukar dengan lebih dari 60.000 RMB, sekarang hanya tersisa 45.000, dan nilai depresiasinya sangat mencengangkan. Bank of Japan baru saja mengumumkan kenaikan suku bunga pertama kali dalam 30 tahun menjadi 0,75%, seharusnya ini adalah sinyal positif, tetapi malah menjadi ironi: dolar AS terhadap yen langsung menembus 157,76, dan terhadap RMB bahkan mencatat posisi terendah dalam sejarah. Inilah yang disebut "kutukan kenaikan suku bunga yang justru menurunkan nilai".

Mengapa kenaikan suku bunga tetap tidak mampu menyelamatkan? Masalah inti sebenarnya sangat menyakitkan. Pertama, sikap bank sentral memang ambigu—secara lisan menaikkan suku bunga, tetapi kemudian menegaskan "kebijakan longgar akan dilanjutkan", sikap goyah ini sendiri melemahkan kekuatan sinyal kebijakan. Kedua, kenaikan sebesar 25 basis poin memang terlalu kecil, sehingga tidak mampu mengurangi selisih suku bunga dengan AS dan Eropa, apalagi di tengah inflasi tinggi, ini menjadi semakin tidak berdaya. Yang paling berbahaya adalah pihak fiskal yang masih mengacaukan keadaan, dengan menambah anggaran sebesar 18,3 triliun yen yang sepenuhnya bergantung pada penerbitan utang, rasio utang sudah melebihi 215% dari GDP. Pasar sangat jelas melihat ini, bahwa ini bukan masalah yang bisa diselesaikan oleh kebijakan moneter saja, sehingga risiko premi terhadap yen semakin tinggi.

Langkah intervensi sebenarnya juga pernah dicoba, tetapi hanya mengobati gejala, bukan akar masalahnya, yang benar-benar terkikis adalah kepercayaan terhadap sistem Bank of Japan. Di tingkat perusahaan memang sedang melakukan lindung nilai dan upaya penyelamatan diri, tetapi dari sudut pandang makro, prospek yen bergantung pada beberapa faktor kunci—apakah disiplin fiskal benar-benar mampu membatasi diri, apakah kebijakan moneter mampu bertindak secara independen, dan apakah peningkatan industri mampu menciptakan pertumbuhan nyata. Jika ketiga hal ini dapat membentuk suatu umpan balik positif, maka peluang untuk membalikkan keadaan masih terbuka. Kalau tidak, yen yang lemah bukanlah sekadar fluktuasi jangka pendek, tetapi awal dari pendarahan kronis, yang juga tidak bisa diabaikan dampaknya terhadap likuiditas global dan efek spillover ke pasar kripto.