Investasi besar Oracle dalam AI memicu krisis utang, kekhawatiran nyata di balik penurunan harga saham setelah jam perdagangan

Oracle (ORCL) laporan keuangan terbaru mengungkapkan ambisi dan tantangan raksasa teknologi di tengah gelombang AI. Meskipun kinerja bisnis cloud menunjukkan hasil yang cerah, yang benar-benar diperhatikan investor adalah bagaimana perusahaan perangkat lunak ini mengatasi lonjakan pengeluaran modal yang tiba-tiba dan krisis arus kas yang semakin memburuk.

Harga saham anjlok 11%, investor kehilangan kepercayaan terhadap pengembalian investasi AI

Setelah jam perdagangan tutup pada 10 Desember, harga saham Oracle dari harga penutupan reguler sebesar 223,01 dolar AS, dalam beberapa jam merosot tajam ke 197,27 dolar AS, penurunan lebih dari 11,5%. Ini bukan hanya reaksi negatif terhadap laporan keuangan semata, tetapi juga mencerminkan keraguan mendalam dari Wall Street terhadap strategi ekspansi agresif mereka.

Setelah laporan dirilis, reaksi pasar secara jujur menyatakan: sebuah perusahaan perangkat lunak tradisional, untuk mengejar tren AI, sedang membakar kas dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Laporan kuartal kedua tahun fiskal 2026 (hingga 30 November) membuktikan hal ini—pendapatan sebesar 16,06 miliar dolar AS, meningkat 14% secara tahunan, tetapi gagal melampaui ekspektasi pasar sebesar 16,21 miliar dolar AS.

Pengeluaran modal melonjak tajam, arus kas bebas berbalik menjadi negatif 13,2 miliar dolar AS

Inti dari kepanikan pasar adalah di sisi pengeluaran yang tidak terkendali. Pengeluaran modal kuartal lalu mencapai 12 miliar dolar AS, jauh melampaui perkiraan analis, dan manajemen bahkan menaikkan proyeksi pengeluaran modal tahunan dari 35 miliar dolar AS tiga bulan lalu menjadi sekitar 50 miliar dolar AS—lebih dari dua kali lipat dari tahun fiskal sebelumnya yang sebesar 21,2 miliar dolar AS.

Investasi gila ini langsung mempengaruhi kemampuan Oracle dalam menghasilkan kas. Pada kuartal lalu, arus kas bebas sekitar negatif 13,2 miliar dolar AS, tidak hanya lebih buruk dari perkiraan pasar sebesar negatif 5,2 miliar dolar AS, tetapi juga menandakan perusahaan ini sedang menguras kas untuk mendukung perluasan infrastruktur AI-nya.

Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, Oracle baru-baru ini menerbitkan obligasi baru sekitar 18 miliar dolar AS, sehingga total utangnya melebihi seribu miliar dolar AS. Di antara perusahaan teknologi besar dengan peringkat investasi, tingkat utang ini termasuk tertinggi, dan risiko penetapan harga di pasar obligasi pun meningkat—biaya Credit Default Swap (CDS) lima tahun terus naik, dan investor menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan perusahaan membayar utang melalui voting dengan kaki mereka.

Pertumbuhan bisnis cloud kuat, tetapi kecepatan konversi menjadi perhatian investor

Dari segi bisnis, Oracle tidak tanpa titik cerah. Pendapatan cloud secara keseluruhan meningkat 34% tahun ke tahun, mencapai 7,98 miliar dolar AS, sekitar setengah dari total pendapatan. Pendapatan infrastruktur cloud inti (OCI) meningkat 68% menjadi 4,1 miliar dolar AS, menunjukkan permintaan terhadap layanan terkait AI memang sangat tinggi.

Lebih menarik lagi, “Remaining Performance Obligation” (RPO) yang mencerminkan pendapatan masa depan melonjak ke 523 miliar dolar AS, meningkat lebih dari empat kali lipat dari tahun sebelumnya, jauh melampaui ekspektasi pasar. Pesanan ini sebagian besar berasal dari kontrak baru dengan raksasa teknologi seperti Meta, NVIDIA, dan lainnya, dan perusahaan memperkirakan akan menghasilkan tambahan 4 miliar dolar AS pendapatan di tahun fiskal 2027.

Namun, keraguan dari Wall Street tetap tajam: akankah janji pesanan besar ini dapat dikonversi menjadi pendapatan nyata? Apakah investasi besar di awal ini akan kembali dalam waktu yang wajar? Pertanyaan-pertanyaan ini belum memiliki jawaban pasti, dan kesabaran investor pun mulai terkuras.

Manajemen berusaha menenangkan pasar, tetapi pemulihan kepercayaan masih butuh waktu

Dalam konferensi panggilan laporan keuangan, eksekutif Oracle berjanji akan mempertahankan peringkat kredit investasi, dan menyiratkan bahwa kebutuhan pendanaan aktual mungkin jauh lebih rendah dari yang diperkirakan banyak pihak. Mereka menawarkan berbagai solusi pendanaan—mengizinkan pelanggan membawa chip sendiri, dan pemasok menjual dengan sistem sewa—yang membantu menyinkronkan pengeluaran dan arus kas masuk, serta mengurangi kebutuhan pinjaman bersih.

Mengenai risiko ketergantungan berlebihan pada beberapa pelanggan besar, manajemen menegaskan bahwa infrastruktur cloud AI mereka sangat fleksibel dan memiliki “interchangeability”, sehingga dapat dengan cepat mengalihkan sumber daya komputasi antar pelanggan. Ini secara tertentu mengurangi risiko “terjebak” oleh satu pelanggan tertentu.

Namun, janji dan penjelasan ini terbatas pengaruhnya di pasar. Harga saham setelah tutup perdagangan turun tajam, dan sejak puncaknya pada awal September, Oracle telah kehilangan lebih dari 31%. Respon pasar obligasi yang dingin juga menunjukkan bahwa penilaian risiko terhadap strategi agresif mereka sedang meningkat.

Penutup: Ujian keseimbangan dalam investasi AI

Oracle telah menjadi cerminan dari gelombang pengeluaran modal AI saat ini. Gelombang laporan keuangan ini menyoroti tantangan mendasar yang dihadapi perusahaan teknologi dalam mengejar peluang AI: bagaimana menyeimbangkan pertumbuhan, profitabilitas, dan kesehatan keuangan.

Kesabaran investor sedang diuji. Mereka tidak lagi puas dengan visi besar dan janji pesanan yang mengesankan, tetapi sangat menantikan realisasi pendapatan, perbaikan arus kas bebas, dan pengurangan beban utang secara bertahap. Oracle perlu menunjukkan hasil nyata, bukan sekadar kata-kata, untuk membangun kembali kepercayaan pasar.