Euro terhadap Yen Jepang: Mengapa pasangan ini layak diperhatikan?

Dalam pasar valuta asing, investor selain memperhatikan pergerakan utama pasangan mata uang terhadap dolar AS, juga menyadari bahwa pasangan silang mata uang non-AS sering menyimpan banyak peluang trading. Euro dan Yen adalah mata uang cadangan utama dunia, tetapi siklus ekonomi dan kebijakan bank sentral kedua negara sangat berbeda, membuat pasangan silang Euro/Yen sering menunjukkan volatilitas yang lebih besar dibandingkan Euro/Dolar.

Mengapa Euro/Yen lebih volatil daripada pasangan langsung?

Euro/Yen menarik perhatian trader karena mampu memperbesar perubahan harga yang disebabkan oleh perbedaan kebijakan moneter. Sebagai contoh, pada Maret 2023, ketika Bank Sentral Eropa mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 0,5%, euro menguat. Namun, kenaikan Euro/Dolar relatif moderat karena dolar masih berada dalam siklus suku bunga tinggi. Tetapi karena Bank Jepang mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar dalam jangka panjang, setelah keputusan tersebut, Euro/Yen naik 1,1% dalam waktu 4 jam, yang lebih dari 8 kali lipat kenaikan Euro/Dolar.

Fenomena ini menunjukkan satu karakteristik penting: pasangan silang secara penuh mencerminkan perbedaan spread suku bunga kedua negara yang membawa perbedaan imbal hasil investasi. Ketika satu pihak menaikkan suku bunga dan pihak lain tetap tidak berubah, perbedaan tersebut akan sangat diperbesar, sehingga trader dapat menangkap volatilitas harga yang lebih besar.

Latar belakang sejarah Euro dan Yen

Euro sebagai mata uang resmi Uni Eropa, diluncurkan pada 1999 dan mulai beredar secara resmi pada 2002, telah menjadi mata uang cadangan kedua terbesar di dunia. Yen, seiring dengan bangkitnya ekonomi Jepang pasca perang, secara bertahap berkembang menjadi alat penting dalam penyelesaian transaksi internasional, terutama setelah gelembung ekonomi tahun 1990 pecah, Bank Jepang menerapkan kebijakan suku bunga nol, dan Yen justru menjadi alat pinjaman dana internasional, menegaskan sifat safe haven-nya.

Titik balik utama Euro/Yen selama lebih dari dua dekade

Periode apresiasi 2002-2007: Ekonomi zona Euro tumbuh kuat, sementara ekonomi Jepang melambat. Kebijakan agresif dari Bank Sentral Eropa menyebabkan Euro menguat secara besar-besaran terhadap Yen, mendekati level tertinggi historis sekitar 170 pada awal 2007.

Guncangan krisis keuangan 2008-2009: Ketika krisis keuangan global meletus, dana mengalir ke Yen sebagai mata uang safe haven, menyebabkan Euro/Yen turun tajam ke level 112.

Bayang-bayang krisis utang Eropa 2010-2012: Masalah utang pemerintah di Eropa terus memburuk, Euro menghadapi tekanan besar, dan nilai tukarnya berfluktuasi, terendah di sekitar 94.

Pemulihan setelah 2012: Seiring meredanya krisis utang Eropa dan pelaksanaan “Abenomics” di Jepang yang membawa pelonggaran moneter besar-besaran, Yen terus melemah, sementara Euro menguat, mencapai hampir 149.

Periode pelonggaran kuantitatif ECB 2015-2020: Untuk merangsang ekonomi, ECB mulai menurunkan suku bunga dan melakukan pelonggaran kuantitatif, menyebabkan Euro melemah. Kemudian, selama pandemi COVID-19 pada 2020, bank-bank sentral dunia bersatu menyelamatkan pasar, meningkatkan aset risiko, dan memperbesar spread suku bunga.

Era inflasi tinggi sejak 2020: Tekanan inflasi pasca pandemi memaksa ECB untuk mulai menaikkan suku bunga, sementara Bank Jepang masih ragu-ragu. Perbedaan kebijakan ini menjaga tren kenaikan Euro/Yen secara umum.

Empat faktor utama yang mempengaruhi pergerakan Euro/Yen

Fundamental ekonomi adalah kekuatan utama. Ketika GDP zona Euro tumbuh dan tingkat pengangguran menurun, ekonomi sedang dalam fase ekspansi, dan Euro cenderung menguat. Sebaliknya, jika data ekonomi Jepang tidak menunjukkan perubahan signifikan, Euro/Yen cenderung naik.

Arah kebijakan bank sentral menentukan tren jangka menengah. Keputusan kenaikan atau penurunan suku bunga ECB dan kebijakan Bank Jepang dapat mengubah jalur pasangan silang dalam waktu singkat. Ketika ECB menaikkan suku bunga dan Bank Jepang tetap longgar, spread suku bunga akan mendorong Euro/Yen naik.

Peristiwa geopolitik kadang menciptakan black swan. Perang dagang, pemilihan umum, konflik regional dapat mengubah preferensi risiko pasar, memicu aliran dana ke Yen sebagai safe haven atau keluar dari Yen.

Sentimen pasar juga berperan. Ketika prospek ekonomi global suram dan sentimen panik meningkat, dana akan mengalir ke Yen dan aset aman lainnya, menyebabkan Euro/Yen koreksi. Sebaliknya, jika sentimen membaik, pasangan ini bisa menguat lagi.

Menggunakan indikator teknikal untuk menangkap peluang trading

Indikator RSI sangat berguna dalam menilai kondisi overbought dan oversold. Ketika RSI menembus di atas 70 dan kemudian kembali di bawah 70, ini menjadi sinyal jual. Berdasarkan data historis, pada Juni 2021, EUR/JPY menunjukkan kondisi ini, dan setelah itu mengalami koreksi selama lima minggu. Saat RSI kembali ke garis tengah 50, posisi bisa ditutup, dengan keuntungan sekitar 2.875 Yen per Euro. Jika satu lot berukuran 1 juta Euro, maka keuntungan sekitar 28.75 juta Yen.

Indikator MACD digunakan untuk menangkap perubahan tren melalui crossover emas dan crossover kematian. Pada 14 Maret 2022, EUR/JPY menunjukkan crossover emas MACD, sinyal beli. Setelah 19 hari perdagangan, pada 8 April, muncul crossover kematian MACD, posisi ditutup, dengan keuntungan sekitar 5.89 Yen per Euro, dan keuntungan bersih satu lot 1 juta Euro mencapai 58.9 juta Yen.

Prospek dan risiko pasar ke depan

Dalam jangka pendek, ECB menunjukkan sikap lebih hawkish dibandingkan Fed dan bank sentral lain, bahkan selama krisis perbankan tetap menaikkan suku bunga, mendukung kekuatan Euro. Oleh karena itu, EUR/JPY berpotensi terus menguat dalam waktu dekat, dan mungkin menguji kembali level tertinggi 148.4 dari Oktober tahun lalu.

Namun, risiko jangka menengah dan panjang perlu diwaspadai. Dalam lingkungan inflasi tinggi global, kemungkinan Presiden baru Bank Jepang akan dipaksa meninjau kembali kebijakan pelonggaran ekstrem. Jika Bank Jepang benar-benar mulai mengetatkan kebijakan, posisi spread besar yang telah terbentuk selama bertahun-tahun akan mengalami tekanan penutupan posisi besar-besaran, Yen akan menguat secara signifikan, dan Euro/Yen akan memasuki tren penurunan jangka panjang. Perubahan ini bisa membuka peluang short selling selama satu dekade.

Bagaimana menilai waktu beli/jual?

Pantau kalender ekonomi sebagai langkah dasar. Perhatikan data penting seperti CPI, GDP, dan tingkat pengangguran di zona Euro dan Jepang. Ketika CPI atau GDP lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran lebih rendah dari perkiraan, mata uang negara tersebut biasanya mendapatkan dukungan dan menguat.

Pantau kebijakan bank sentral secara ketat. Keputusan suku bunga Bank Jepang dan pernyataan pejabat ECB dapat mengungkapkan niat kebijakan secara dini. Jika muncul sinyal kenaikan suku bunga atau pengetatan, mata uang terkait akan didorong naik.

Gabungkan analisis teknikal untuk menemukan titik balik agar meningkatkan peluang keberhasilan. Pada grafik harian, perhatikan apakah EUR/JPY sedang dalam fase konsolidasi, lalu gunakan indikator RSI dan MACD untuk mencari peluang trading. Ketika RSI turun dari atas 70 ke bawah 70, pertimbangkan posisi short, dengan target take profit di garis tengah harian dan stop loss di level support historis.

Secara jangka menengah, investor harus memantau tren inflasi Jepang dan kebijakan presiden baru Bank Jepang. Jika konfirmasi bahwa Bank Jepang benar-benar akan mengetatkan kebijakan, ini menandakan bahwa Euro/Yen berada di puncak jangka panjang, dan peluang short akan meningkat secara signifikan dari segi probabilitas dan rasio risiko-imbalan.