Ingin memahami waktu trading secara tepat? Pelajari dulu 5 hubungan volume dan harga ini

Apa yang paling ditakuti dalam investasi saham? Harga naik tetapi tidak ada yang membeli, atau saat harga turun volume perdagangan tiba-tiba menyusut. Fenomena yang tampaknya kontradiktif ini sebenarnya menyembunyikan psikologi pasar yang sebenarnya. Hari ini kita akan dari sudut pandang hubungan volume dan harga, mengungkap pemikiran nyata para peserta pasar.

Apa itu hubungan volume dan harga? Mengapa harus memperhatikannya?

Hubungan volume dan harga secara sederhana adalah pola interaksi antara tren harga saham dan volume transaksi. Harga akan bergerak, tetapi kekuatan beli dan jual yang sesungguhnya berasal dari volume di baliknya. Ketika kamu melihat harga saham naik tetapi volume berkurang, ini patut diwaspadai. Sebaliknya, jika harga turun tetapi ada lonjakan pembelian, ini juga bisa menjadi sinyal peluang.

5 pola hubungan volume dan harga yang paling umum di pasar masing-masing memiliki keunikannya, menguasainya dapat membantumu membuat keputusan yang lebih cerdas di saat-saat krusial.

Daftar cepat 5 pola volume dan harga yang khas

Pola 1: Harga naik volume menyusut—jebakan yang tampaknya menguntungkan

Harga sedang naik, seharusnya senang. Tapi jika kenaikan ini terjadi di tengah volume yang terus menyusut, patut dipertanyakan.

Apa artinya? Partisipasi pasar terhadap kenaikan ini mulai menurun. Mungkin pembeli sebelumnya mengambil keuntungan, atau pembeli selanjutnya masih menunggu. Jika pola harga naik volume menyusut ini berlanjut, sangat mudah terjadi pembalikan.

Contoh klasiknya adalah Tesla awal 2017. Harga terus naik, tetapi setiap rebound volume menurun, akhirnya tidak mampu menghindari koreksi teknikal. Tahun yang sama, Alibaba juga mengalami situasi serupa—harga naik volume menyusut selama beberapa bulan, lalu akhirnya masuk fase konsolidasi.

Pola 2: Harga datar volume menyusut—pasar menunggu ledakan

Saham berfluktuasi dalam rentang harga tertentu, tetapi volume semakin berkurang. Ini bukan hal buruk, tetapi mencerminkan pasar yang kekurangan arah.

Investor mungkin menunggu berita besar, atau pasar belum menemukan kekuatan pendorong baru. Keheningan ini sering menandakan akan datang badai. Pada 2023, Nvidia pernah menunjukkan pola ini—harga sideways, volume turun, sampai kemudian munculnya topik AI memicu lonjakan besar.

Boeing juga mengalami hal serupa selama pemulihan pasca pandemi—harga berfluktuasi dalam rentang tertentu selama berbulan-bulan, volume berkurang, sampai ekspektasi restrukturisasi perusahaan mendorong harga naik lagi.

Pola 3: Volume besar turun—sinyal paling berbahaya

Ini pola yang paling menakutkan—harga jatuh tajam dalam waktu singkat, sementara volume melonjak besar. Banyak investor berbondong-bondong keluar, suasana panik menguasai pasar.

Saat pandemi COVID-19 meletus 2020, saham raksasa industri perhotelan Hilton (HLT) jatuh cepat dari posisi tertinggi, volume mencapai puncaknya. Pasar panik terhadap dampak pandemi terhadap industri hotel, investor saling jual. Penurunan volume besar ini sering menandai koreksi yang lebih dalam.

Namun, ada peluang pembalikan. Setelah laporan keuangan yang tidak sesuai harapan pada September 2023, saham Estee Lauder (EL) juga jatuh dan volume melonjak. Tapi kemudian tren menunjukkan bahwa penjualan panik ini berlebihan. Investor yang berani membeli saat volume besar turun ini akhirnya mendapatkan keuntungan besar.

Pola 4: Harga turun volume menyusut—penurunan yang tenang

Harga turun, tetapi volume justru berkurang. Ini tampak aneh—mengapa saham turun tapi tidak ada yang buru-buru jual?

Sebenarnya ini mencerminkan sikap tenang pasar. Mungkin investor menunggu harga yang lebih rendah, atau pasar sudah menyerap berita buruk dan bersiap rebound. Pada 2018, saat Netflix harga sahamnya turun dalam jangka panjang, volume terus menyusut, menunjukkan bahwa meskipun tidak optimis jangka pendek, investor tidak buru-buru keluar.

Tahun yang sama, Facebook juga mengalami penurunan harga berkelanjutan selama beberapa kuartal, volume berkurang, menandakan tekanan jual terbatas, pasar menunggu peluang. Akhirnya kedua perusahaan ini rebound.

Pola 5: Harga turun volume meningkat—peluang beli saat penurunan

Harga turun, tetapi pembelian terus mengalir masuk, volume meningkat tajam. Biasanya ini menandakan bahwa investor mulai menganggap saham ini murah dan mulai mengakumulasi.

Akhir 2018, Apple mengalami penurunan besar karena penjualan iPhone yang melemah dan ketegangan dagang AS-China, volume melonjak saat harga jatuh. Tapi ini menarik minat investor jangka panjang, dan setelah harga menyentuh dasar, rebound terjadi.

Kisah Blackberry (BB) di 2012 lebih klasik—dulu raja ponsel, harga sahamnya turun panjang karena kalah bersaing dengan smartphone. Tapi setelah harga turun dalam, uang pintar mulai masuk, volume melonjak, dan akhirnya terjadi rebound V-shape. Ini adalah sinyal pembalikan setelah harga turun volume meningkat.

Aplikasi praktis: bagaimana menggunakan hubungan volume dan harga untuk menemukan peluang trading?

1. Jangan hanya melihat harga—volume adalah indikator utama. Saat harga tinggi tetapi volume menyusut, berhati-hatilah. Saat harga turun tetapi volume meningkat, ini bisa jadi peluang.
2. Perhatikan tren, bukan satu hari—volume abnormal satu hari tidak berarti apa-apa, lihat pola volume dan harga secara berkelanjutan.
3. Gabungkan indikator lain—hubungan volume dan harga hanyalah salah satu alat, perlu dikombinasikan dengan analisis teknikal (support/resistance) dan fundamental.
4. Perhatikan dengan saksama pembalikan saat harga turun volume menyusut—ketika pembalikan terjadi dan volume mulai meningkat, biasanya itu adalah tanda rebound menjelang.

Kesimpulan

Hubungan volume dan harga seperti “elektrokardiogram” pasar—harga adalah fenomena permukaan, volume adalah partisipasi nyata. Menguasai 5 pola utama ini dapat membantumu lebih awal mendeteksi perubahan pasar—baik sebagai peringatan risiko maupun sinyal peluang.

Ingat: Volume menyusut saat harga naik harus diwaspadai, volume meningkat saat harga turun harus diperhatikan, dan muncul volume besar harus diwaspadai. Banyak latihan dan observasi, hubungan volume dan harga akan menjadi salah satu referensi paling andal dalam pengambilan keputusan tradingmu.