Dulu, setiap kali saya mengirimkan karya untuk lomba, saya selalu merasa seolah-olah karya saya telah dibuang ke dalam lubang hitam. Setelah diunggah, karya itu tenggelam dalam lautan, tidak tahu apakah ada yang melihatnya, apakah penilaiannya adil, dan tidak bisa diperbaiki lagi. Data telah "ditetapkan sekali", sementara saya masih dalam proses berkembang.

Hingga kali ini, saya mengikuti kompetisi seni terdesentralisasi yang berbasis @irys_xyz, merasakan pengalaman yang sepenuhnya berbeda.
Saat saya mengirimkan karya, yang pertama kali muncul adalah Submit Ledger. Itu tidak langsung masuk ke blockchain, tetapi mencatat niat pengiriman saya, cap waktu, dan tanda tangan. Saat itu, saya merasa karya tersebut seperti "check-in", bukan "menyelesaikan garis akhir".
Selanjutnya, anggota komunitas mulai memberikan suara, meninjau, dan berdiskusi. Peninjauan dapat dilakukan melalui tata kelola off-chain atau pemungutan suara DAO. Pendapat-pendapat ini membantu saya memperbaiki karya, dan prosesnya terbuka serta dapat ditelusuri. Saya merasakan untuk pertama kalinya, data juga bisa memiliki "keadaan tengah".
Akhirnya, karya saya terpilih dan dipublikasikan di Publish Ledger, secara resmi terhubung ke blockchain dan tidak dapat diubah. Saat itu, saya tahu, ini bukan sekadar "unggah", melainkan "upacara wisuda".
Dari pengajuan hingga verifikasi, lalu ke publikasi, bahkan ada lapisan ekstensi yang mendukung logika tata kelola untuk berbagai kasus penggunaan—Irys bukan sekadar alat penyimpanan, ia seolah memberikan "kehidupan" pada data: dapat diprogram, dapat dikelola, dapat berkembang.
Ini bukan proses "unggah dan selesai" yang bersifat saklar, melainkan aliran data yang nyata dan dinamis. Seperti karya saya, itu bukan sesuatu yang selesai sekali, tetapi terus menerus diiterasi.