Pendiri Bursa Bangkrut FTX, Sam Bankman-Fried, Memberikan Wawancara Eksklusif dari Penjara: "Saya Bisa Menyelamatkannya"

Pendiri FTX, Sam Bankman-Fried (SBF), mengatakan dalam wawancara terakhirnya dari penjara bahwa menyerahkan kendali perusahaan kepada CEO saat ini, John J. Ray III, pada bulan November 2022 adalah "kesalahan terbesarnya." Bankman-Fried menyatakan bahwa keputusan tersebut "menghancurkan peluang bursa untuk menyelamatkannya."

Pernyataan Bankman-Fried menarik perhatian selama penyelidikan setelah kejatuhan FTX, di mana firma hukum Sullivan & Cromwell menerima lebih dari $171 juta dalam biaya. SBF tetap menyatakan bahwa ia tidak bersalah: "Saya tidak menipu siapa pun," katanya. Namun, putusan juri mengonfirmasi bahwa kejatuhan FTX adalah salah satu kejahatan keuangan terbesar dalam sejarah.

Menjalani hukuman penjara 25 tahun mulai tahun 2025, Bankman-Fried tidak meninggalkan kebiasaannya bahkan sambil mengkritik aturan penjara dalam sebuah wawancara: "Kami hanya diizinkan mengenakan overall dari jam 6 pagi hingga 3 sore. Saya tidak tahu siapa yang membuat aturan yang tidak berguna seperti itu," katanya, menggambarkan kondisi penjara dengan humor.

Orang tua SBF, profesor hukum Universitas Stanford Joe Bankman dan Barbara Fried, berada di tim pembelaan putra mereka dan sedang mempersiapkan untuk mengajukan banding atas vonis tersebut. "Saya marah memikirkan Sam duduk di penjara; segala sesuatu yang bisa dia kontribusikan untuk dunia telah dihancurkan," kata Fried.

Keluarga mengklaim bahwa Sullivan & Cromwell adalah penyebab utama kebangkrutan FTX. Firma hukum tersebut diduga mengambil alih perusahaan dari SBF, mengangkat John J. Ray III sebagai CEO, dan meraih keuntungan signifikan dari kebangkrutan tersebut. Tim Bankman-Fried berargumen bahwa ini mempercepat keruntuhan FTX.

John J. Ray III, bagaimanapun, mengatakan SBF sedang "menipu dirinya sendiri." Menurut Ray, selama era Bankman-Fried, FTX adalah "rumah kartu" yang sebenarnya, dan dia serta Sullivan & Cromwell berhasil menyelamatkan ribuan uang pelanggan.

Kejatuhan FTX pada tahun 2022 dimulai dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh sebuah media. Menurut kebocoran tersebut, perusahaan perdagangan milik SBF, Alameda Research, sangat bergantung pada token milik FTX, FTT. Hal ini mengikis kepercayaan investor, yang menyebabkan penarikan besar-besaran dan akhirnya kebangkrutan.