Krisis Depeg Ethena USDe: Dari Kejutan Tarif ke Likuidasi Rantai

Peristiwa "Black Swan" di Pasar Kripto

Antara larut malam 10 Oktober 2025 hingga pagi hari 11 Oktober (UTC), pasar kripto mengalami salah satu periode paling turbulen dalam sejarah. Harga berbagai aset utama, dari Bitcoin hingga Ethereum, mengalami penurunan tajam dan menimbulkan gelombang likuidasi besar-besaran. Ethena USDe, yang seharusnya dipatok pada dolar AS, bahkan jatuh ke $0,65 terhadap USDT di Binance. Meskipun harga pulih dengan cepat, kepanikan ini meninggalkan dampak jangka panjang—peristiwa likuidasi ekstrem ini secara signifikan mengikis kepercayaan terhadap mekanisme peg stablecoin.

Berita Tarif Picu Aversi Risiko Global

Penyebabnya adalah pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tentang tarif 100% atas barang-barang asal Tiongkok. Berita ini, yang muncul pada jam perdagangan Asia, langsung memicu aversi risiko global dan membuat BTC serta ETH anjlok bersamaan saat posisi leverage dilikuidasi dengan cepat.

USDe menjadi aset pertama yang menunjukkan tanda-tanda depegging, di mana harganya terhadap USDT jatuh ke $0,65 dan sempat turun menjadi $0,63 terhadap USDC. Gelombang likuidasi di dini hari berikutnya sangat luar biasa: hanya dalam 24 jam, lebih dari $19,2 miliar posisi leverage ditutup secara paksa, dengan posisi long merugi hingga $16,7 miliar. Sejumlah institusi yang menggunakan USDe sebagai agunan cross-margin terpaksa menjual kepemilikan USDe spot saat likuidasi, sehingga harga USDe semakin tertekan.

Tekanan Ganda Likuiditas dan Leverage

USDe beroperasi dengan strategi delta netral dan arbitrase tingkat pendanaan. Saat pasar stabil, funding rate positif memberikan imbal hasil konsisten bagi protokol. Namun di tengah kepanikan, funding rate berubah negatif, memaksa protokol menanggung biaya tambahan dan memperkecil margin keamanannya.

Selama penjualan besar-besaran ini, likuiditas pasar menyusut drastis, membuat investor tidak mampu menyerap tekanan jual di level harga $1, sehingga depegging semakin dalam. Pada saat yang sama, penggunaan USDe yang meluas sebagai agunan leverage membuat fluktuasi harga memaksa pemegang menambah margin, meningkatkan tekanan jual dan mempercepat siklus likuidasi.

Efek Siklus

Likuidasi leverage menyebabkan peg spot USDe terputus dan berdampak pada pasar derivatif. Ketika harga kontrak perpetual berada di bawah harga spot, posisi short Ethena secara teori menunjukkan keuntungan belum terealisasi, sehingga protokol tampak overcollateralized menurut metrik yang dilaporkan. Pelaku pasar mengutamakan likuiditas real-time—ketika arbitrageur tidak dapat menebus atau menyeimbangkan spread dengan cepat, kepercayaan langsung menguap dan kepanikan pasar pun tercipta.

Respons Resmi Ethena

Protokol Ethena mengeluarkan pernyataan resmi pada pukul 06.00 tanggal 11 Oktober (UTC):

Volatilitas pasar yang ekstrem serta likuidasi berskala besar menyebabkan harga USDe di pasar sekunder sempat mengalami depegging. Namun, mekanisme minting dan redemption tetap berjalan normal dan protokol Ethena tetap overcollateralized.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kontrak perpetual masih diperdagangkan di bawah harga spot, sehingga profit dan loss belum terealisasi (uPNL) pada posisi short protokol sedang terealisasi, yang secara teori meningkatkan rasio agunan secara keseluruhan. Meski mekanisme berjalan baik, reaksi pasar menunjukkan bahwa kepercayaan telah mengalami kerusakan serius.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Web3, daftar di: https://www.gate.com/

Kesimpulan

Peristiwa depegging USDe ini mengungkap risiko sistemik dari leverage tinggi, eksposur lintas platform, dan konsentrasi likuiditas. Dalam kondisi pasar ekstrem, bahkan stablecoin sintetis paling canggih pun dapat kewalahan oleh tekanan likuidasi berantai. Mewujudkan stabilitas stablecoin sejati di masa depan membutuhkan desain mekanisme yang tangguh dan likuiditas yang terdiversifikasi. Peningkatan pengendalian risiko yang komprehensif juga sangat penting. Bagi investor, gejolak ini bukan sekadar pelajaran harga—melainkan refleksi mendalam atas ketahanan keuangan terdesentralisasi.